Pada Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah (الأربعون النووية) kali ini membahas mengenai hadits ke-29 dalam Kitab Hadits Arbain Nawawi karya Imam Nawawi ra. Hadits ini mengabarkan tentang perkara penting di mana Rasulullah SAW sendiri menyebutnya tentang sesuatu yang besar, tetapi perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah

Muhammad Saw. merupakan nabi sekaligus rasul yang terakhir. Tidak ada lagi seorang nabi maupun rasul setelah beliau. Tugas beliau adalah menyempurnakan syariat Allah yang pernah diturunkan kepada para nabi dan rasul sebelumnya. Selain itu, tugas beliau adalah mengoreksi dan mengembalikan ajaran agama yang telah diselewengkan oleh para pengikut nabi dan rasul sebelumnya. Karena setelah para nabi dan rasul meninggal dunia, para pengikutnya melakukan penambahan, pengurangan maupun perubahan ajaran agama. Inilah yang disebut bid’ah. Misalnya pengikut Nabi Isa alaihis salam yang telah menganggap beliau sebagai tuhan. Maka tugas Nabi Muhammad Saw. adalah mengembalikan aqidah tauhid. Beliau mengajak umat manusia untuk kembali hanya menyembah Allah Swt. saja. Serta memberikan penjelasan bahwa Isa merupakan nabi dan rasul. Beliau bukan anak Allah. Karena Allah tidak pernah membutuhkan keturunan, sebagaimana Allah tidak memerlukan silsilah keturunan. Yam yalid walam yulad. Atas dasar itulah, selama Rasulullah Saw. masih hidup mewanti-wanti umatnya jangan sampai berbuat bid’ah. Karena perbuatan bid’ah itu akan merusak agama. Selanjutnya marilah kita perhatikan hadits di bawah ini dengan baik. Semoga Allah Swt. berkenan untuk menambahkan ilmu dan hikmah bagi kita semua. *** Teks Hadits عَنِ أبي نَجِيحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً، وَجَلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ، فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وقال حديثٌ حسنٌ صحيح Terjemah Dari Abu Najih Al-Irbadh bin Sariyah radhiyallahu anhu, dia berkata Rasulullah Saw. memberikan nasehat kepada kami yang membuat hati kami bergetar, dan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan. Maka berilah kami wasiat.” Rasulullah Saw. bersabda “Aku wasiatkan pada kalian untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala. Tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian, meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup setelah ini akan menyaksikan banyaknya perselisihan. “Hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Pertahankan sunnah-sunnah itu, meskipun dengan gigitan gigi geraham. “Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara yang diada-adakan adalah sesat .” HR. Abu Daud dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata “Hasan shahih.” *** Catatan dan Keterangan Selanjutnya berikut ini kami sampaikan beberapa catatan dan keterangan berkaitan dengan hadits di atas – Nasihat Yang Menyentuh Adakalanya Rasulullah Saw. menyampaikan materi dakwah dengan berapi-api. Seakan beliau sedang memimpin sebuah pertempuran. Namun ada juga kalanya beliau bertaushiyah dengan lemah lembut. Sehingga menyentuh hati para shahabat. Bahkan membuat dada bergetar dan air mata bercucuran. Tentu semua itu ada tempatnya masing-masing. Demikian pula hendaknya sikap seorang mubaligh atau da’i dalam mengemban amanah dakwah. Kita semua belajar ilmu dan teknik berdakwah sehingga tugas dakwah dapat kita laksanakan dengan baik dan tepat sasaran. – Makna Takwa Takwa secara bahasa artinya berhati-hati. Bersikap antisipasi. Jangan sampai melakukan yang halal apabila dikhawatirkan menjerumuskan pada yang haram. Dalam praktiknya, takwa bisa dimaknai melaksanakan perintah Allah yang bersifat wajib dan menjauhi larangan Allah yang bersifat haram. Inilah takwa yang minimalis. Adapun takwa yang sempurna adalah sikap mengurangi sebagian perbuatan yang halal sebatas yang benar-benar diperlukan saja. Lalu menggunakan segenap kesempatan dan perhatian untuk melakukan yang sunnah. Misalnya mengurangi akses media sosial untuk memperbanyak tilawah membaca al-Qur’an. Mengurangi makan-minum yang halal untuk puasa sunnah. Atau juga mengurangi tidur di malam hari untuk bangun shalat Tahajud. – Taat kepada Pemimpin Pemimpin di sini tentunya pemimpin muslim yang taat kepada aturan agama. Sehingga kita taat kepada pemimpin tersebut bukan semata-mata patuh kepada orangnya. Namun karena kita hendak patuh kepada aturan agama. Adapun kepada pemimpin yang tidak taat kepada aturan agama, tentu saja kita tidak boleh patuh kepadanya. Bila kita patuh kepada pemimpin yang melawan aturan agama, maka sama saja kita telah membantu pemimpin tersebut untuk melawan aturan agama. Na’udzu billah min dzalik. – Makna Sunnah Rasulullah Saw. Sunnah artinya kebiasaan. Sunnah Rasulullah artinya kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Secara umum, sunnah Rasulullah itu artinya semua hal yang biasa dikerjakan oleh Rasulullah Saw. Baik yang berkaitan dengan aturan agama maupun yang tidak berkaitan dengan aturan agama. Yang berkaitan dengan aturan agama itu, misalnya tata cara shalat, puasa dan haji. Adapun yang tidak berkaitan dengan aturan agama itu, misalnya cara beliau berjalan kaki, menata rambut, dan selera makanan. Semua ini adalah sunnah Rasulullah Saw. Namun yang dimaksud dengan sunnah di sini adalah yang khusus berkaitan dengan aturan agama. Adapun yang bersifat individual tadi maka kita boleh memilih yang lain. Namun bila kita hendak meniru beliau, maka di situ ada nilai lebih, sebagai bentuk kecintaan kita kepada Rasulullah Saw. – Sunnah Khulafaur Rasyidin Khulafa’ merupakan bentuk jamak dari khalifah. Artinya pengganti. Maksudnya pengganti Rasulullah Saw. sebagai pemimpin umat Islam. Adapun rasyidin adalah bentuk jamak dari rasyid. Artinya yang memperoleh petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya. Khulafaur rasyidin adalah para pemimpin umat Islam melalui pemilihan, bukan diwariskan. Seperti para khalifah dalam berbagai dinasti atau bani. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khatthab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Ada yang menambahkah Umar bin Abdul Aziz. Sehingga ada lima orang. Sunnah Khulafaur Rasyidin artinya keputusan yang diambil oleh para pemimpin umat Islam sebagaimana disebutkan di atas. Misalnya -Keputusan untuk melakukan pembukuan al-Qur’an meskipun tidak ada perintah dari Rasulullah Saw. oleh Abu Bakar atas usulan Umar bin Khatthab. – Keputusan untuk menghidupkan kembali shalat tarawih di masjid secara berjamaah dengan satu imam oleh Umar bin Khatthab. – Keputusan untuk menambah jumlah rakaat shalat tarawih sehingga lamanya sama dengan shalat tarawih yang dilakukan Rasulullah Saw. oleh Umar bin Khatthab dan Utsman bin Affan. – Keputusan adzan shalat Jum’at dua kali meskipun pada masa Rasulullah Saw. hidup hanya satu satu adzan oleh Utsman bin Affan. – Keputusan untuk melakukan pembukuan hadits meskipun juga tidak ada perintah dari Rasulullah Saw. oleh Umar bin Abdul Aziz. – Larangan Berbuat Bid’ah Bid’ah artinya sesuatu yang baru. Melakukan bid’ah artinya melakukan sesuatu yang baru, yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Jadi bid’ah merupakan lawan sunnah. Para ulama sepakat, bahwa lafal “kullu” dalam hadits ini yang artinya “semua” ada pengecualiannya. Dengan demikian, tidak semua bid’ah itu haram atau sesat. Bid’ah yang haram adalah bid’ah yang berlawanan dengan semangat atau jiwa sunnah. Yaitu bid’ah dalam pokok atau prinsip agama. Baik berupa penambahan, pengurangan, atau penggantian. Misalnya merubah jumlah rakaat shalat lima waktu, memindahkan puasa Ramadhan ke bulan yang lain, atau melaksanakan ibadah haji di luar kota Mekkah. Maka bid’ah ini merupakan bid’ah yang sesat atau haram. Semua hal itu adalah bid’ah yang dhalalah atau sesat. Hukumnya adalah haram. Adapun bid’ah yang sejalan dengan jiwa sunnah, maka masih ada toleransi. Misalnya membaca dua surat setelah bacaan al-Fatihah. Atau membaca beberapa ayat dari beberapa surat yang berbeda-beda dalam satu rakaat shalat. Hal itu merupakan bid’ah yang tidak bermasalah. Artinya boleh-boleh saja. Alias tidak haram maupun sesat. Ada yang menyebutnya sebagai bid’ah hasanah artinya bid’ah yang bagus atau terpuji, ada yang menyebutnya dengan bid’ah jaizah artinya bid’ah yang boleh dilakukan. Bahkan istilah ini merujuk pada Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa. Terutama ketika Imam Ibnu Taimiyah menjelaskan hukum menggabungkan beberapa bacaan doa yang disebutkan dalam beberapa hadits yang berbeda. Di mana Rasulullah Saw. tidak pernah melakukan penggabungan bacaan tersebut. Karena beliau tidak pernah melakukan, maka disebut sebagai bid’ah jaizah. *** Penutup Demikianlah beberapa catatan dan keterangan yang bisa kami sampaikan. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama. Allahu a’lam. *** Untuk menyimak hadits arbain yang lain, silakan klik link berikut ini 42 Hadits Arbain Nawawiyah

HaditsArba'in Nawawy 28 Tema hadits dan ayat yang terkait dengannya: 1. besar dari para shahabat serta kerinduan mereka terhadap syurga serta upaya mereka dalam mencari jalan untuk sampai ke sana. Tema-tema hadits : 1. Evaluasi diri / muhasabah: 59 : 18 2. Lihat Qowa'id wa Fawa'id Minal Arbain An Nawawiah, 1. Hadits dho'if adalah
عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ رَضي الله عنه قَالَ وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ [رَوَاه داود والترمذي وقال حديث حسن صحيح] المُفْرَدَاتُ وَعَظَ – يَعِظُ – وَعْظًا Menasihati وَجِلَ – يَجَلُ- وَجْلًا takut ذَرِفَ – يَذْرَفُ – ذَرَفًا bercucuran نَاجِذٌ – نَوَاجِذُ Gigi geraham Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariyah t dia berkata Rasulullah ﷺ memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah ﷺ bersabda “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena diantara kalian yang hidup setelah ini akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah genggamlah dengan kuat dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ Riwayat Abu Daud dan At Tirmizi, dia berkata hasan shahih Syarah Hadits Al Arbain An Nawawiyyah – Ibnu Daqieq Al Ied Pada sebagian sanad-sanad hadits ini diriwayatkan dengan kalimat “Sesungguhnya ini adalah nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya meninggal. Lalu apa yang akan engkau pesankan kepada kami ?” Beliau bersabda, “Aku tinggalkan kamu dalam keadaan terang benderang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang menyimpang melainkan ia pasti binasa” Perkataan, “nasihat yang mengena” maksudnya adalah mengena kepada diri kita dan membekas dihati kita. Perkataan, “yang menggetarkan hati kita” maksudnya menjadikan orang takut. Perkataan,”yang mencucurkan air mata” maksudnya seolah-olah nasihat itu bertindak sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam. Sabda Rasulullah, “Aku memberi wasiat kepadamu supaya tetap bertaqwa kepada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan mentaati” maksudnya kepada para pemegang kekuasaan. Sabda Beliau, “Walaupun yang memerintah kamu seorang budak,” pada sebagian riwayat disebutkan budak habsyi. Sebagian Ulama berkata, “Seorang budak tidak dapat menjadi penguasa” kalimat tersebut sekedar perumpamaan, sekalipun hal itu tidak menjadi kenyataan, seperti halnya sabda Rasulullah, “Barangsiapa membangun masjid sekalipun seperti sangkar burung karena Allah, niscaya Allah akan membangukan untuknya sebuah rumah di surga.” Sudah tentu sangkar burung tidak dapat menjadi masjid, tetapi kalimat perumpaan seperti itu biasa dipakai. Mungkin sekali Rasulullah memberitahukan bahwa akan terjadinya kerusakan sehingga sesuatu urusan dipegang orang yang bukan ahlinya, yang akibatnya seorang budak bisa menjadi penguasa. Jika hal itu terjadi, maka dengarlah dan taatilah untuk menghindari mudharat yang lebih besar serta bersabar menerima kekuasaan dari orang yang tidak dibenarkan memegang kekuasaan, supaya tidak menimbulkan fitnah yang lebih besar. Sabda Rasulullah, “Sungguh, orang yang masih hidup diantaramu nanti akan melihat banyak perselisihan” ini termasuk salah satu mukjizat beliau yang mengabarkan kepada para shohabatnya akan terjadinya perselisihan dan meluasnya kemungkaran sepeninggal beliau. Beliau telah mengetahui hal itu secara rinci , tetapi beliau tidak menceritakan hal itu secara rinci kepada setiap orang, namun hanya menjelaskan secara global. Dalam beberapa hadits ahad disebutkan beliau menerangkan hal semacam itu kepada Hudzaifah dan Abu Hurairah yang menunjukkan bahwa kedua orang itu memiliki posisi dan tempat yang penting disisi Rasulullah. Sabda Beliau, “Maka wajib atas kamu memegang teguh sunnahku” sunnah ialah jalan lurus yang berjalan pada aturan-aturan tertentu, yaitu jalan yang jelas. Sabda Beliau, “dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk” maksudnya mereka yang senantiasa diberi petunjuk. Mereka itu ada 4 orang, sebagaimana ijma’ para ulama, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra. Rasulullah menyuruh kita teguh mengikuti sunnah Khulafaur Rasyidin karena dua perkara Pertama, bagi yang tidak mampu berpikir cukup dengan mengikuti mereka. Kedua, menjadikan pendapat mereka menjadi pilihan utama bila terjadi perselisihan pendapat diantara para shahabat. Sabdanya “ Jauhilah olehmu perkara-perkara yang baru .” Ketahuilah bahwa perkara yang baru itu ada dua macam. Pertama, perkara baru yang tidak punya dasar syari’at, hal semacam ini bathil lagi tercela. Kedua, perkara baru yang dilakukan dengan membandingkan dua pendapat yang setara, perkara baru semacam ini tidak tercela. Kata-kata “perkara baru atau bid’ah” arti asalnya bukanlah perbuatan yang tercela. Akan tetapi, bila pengertiannya ialah menyalahi Sunnah dan menuju kepada kesesatan, maka dengan pengertian semacam itu menjadi tercela, sekalipun secara harfiah makna kata tersebut sama sekali tidak tercela, karena Allah pun di dalam firman-Nya menyatakan مَا يَأۡتِيهِم مِّن ذِكۡرٖ مِّن رَّبِّهِم مُّحۡدَثٍ إِلَّا ٱسۡتَمَعُوهُ وَهُمۡ يَلۡعَبُونَ ٢ “Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Qur’an pun yang baru dari Tuhan mereka” Al Anbiyaa’ 2 Juga perkatan Umar radhiallahu anhu “Bid’ah yang sebaik-baiknya adalah ini,” yaitu shalat tarawih berjama’ah. Wallaahu a’lam. Patuhdan taat kepada pemimpin adalah selama bukan dalam perkara maksiat walaupun pemimpin tersebut adalah seorang budak. Para ulama telah sepakat bahwa seorang budak tidaklah pantas untuk menjadi khalifah. Hadits ini berarti perintah untuk menaati penguasa, walau ia penguasa yang tidak pantas. By Selasa, 15 Juni 2021 pukul 750 amTerakhir diperbaharui Rabu, 16 Juni 2021 pukul 924 amTautan Hadits Arbain 28 – Mendengar dan Taat Kepada Penguasa merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah الأربعون النووية atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 26 Jumadil Akhir 1442 H / 09 Februari 2021 M. Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi Status program kajian Hadits Arbain Nawawi AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 1630 - 1800 WIB. Download juga kajian sebelumnya Hadits Arbain 27 – Bertanyalah Kepada Hatimu Kajian Hadits Arbain 28 – Mendengar dan Taat Kepada Penguasa Pada pembahasan kali, kita akan membahas hadits ke 28 dari Syarah Kitab Al-Arba’in fi Mabanil Islam wa Qawaid Al-Ahkam yaitu sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Najih Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu Anhu yang juga diriwayatkan oleh Tirmidzi. عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ Dari Abu Najih Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu Anhu, dia berkata “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang karenanya hati kami bergetar dan air mata mengalir, maka kami mengatakan Ya Rasulullah, seolah-olah ini adalah pesan dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah kami wasiat!’ Maka kemudian beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, dan patuh serta taat kepada pemimpin meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Dan sungguh orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, dia akan mendapat perbedaan yang banyak. Maka ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah itu dengan geraham-geraham kalian, dan hindarilah oleh kalian perkara-perkara yang baru dalam agama, karena setiap bid’ah adalah kesesatan.’” HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, At-Tirmidzi mengatakan ini adalah hadits yang hasan shahih Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini. Download mp3 Kajian Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Lihat juga Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama “Hadits Arbain 28 – Mendengar dan Taat Kepada Penguasa” ini ke jejaring sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter dan yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook HaditsArbain Nawawi Ke 28: Ikuti Sunnah, Tinggalkan Bid'ah dan Taati PemimpinSerial terbaru Yufid TV kali ini membahas kitab hadits arbain Nawawi lengkap de
عن أبي نجيح العرباض بن سارية رضي الله عنه قال وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم موعظة وجلت منها القلوب وذرفت منها العيون , فقلنا يا رسول الله كأنها موعظة مودعٍ فأوصنا , قال – أوصيكم بتقوى الله عزوجل , والسمع والطاعة وإن تأمر عليك عبد , فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافاً كثيراً . فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديّين عضوا عليها بالنواجذ , وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة – رواه أبوداود والترمذي وقال حديث حسن صحيح Terjemahan Abu Najih, Al Irbad bin Sariyah ra. ia berkata “Rasulullah telah memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat airmata bercucuran”. kami bertanya ,”Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya meninggal, maka berilah kami wasiat” Rasulullah bersabda, “Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertaqwa kepada Alloh yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya budak. Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus mendapat petunjuk dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid’ah itu sesat.” HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih[Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676] Pada sebagian sanad diriwayatkan dengan kalimat “Sesungguhnya ini adalah nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya meninggal. Lalu apa yang akan engkau pesankan kepada kami ?” Beliau bersabda, “Aku tinggalkan kamu dalam keadaan terang benderang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang menyimpang melainkan ia pasti binasa” Penjelasan Perkataan, “nasihat yang mengena” maksudnya adalah mengena kepada diri kita dan membekas dihati kita. Perkataan, “yang menggetarkan hati kita” maksudnya menjadikan orang takut. Perkataan,”yang mencucurkan air mata” maksudnya seolah-olah nasihat itu bertindak sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam. Sabda Rasulullah, “Aku memberi wasiat kepadamu supaya tetap bertaqwa kepada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan mentaati” maksudnya kepada para pemegang kekuasaan. Sabda Beliau, “Walaupun yang memerintah kamu seorang budak”, pada sebagian riwayat disebutkan budak habsyi. Sebagian Ulama berkata, “Seorang budak tidak dapat menjadi penguasa” kalimat tersebut sekedar perumpamaan, sekalipun hal itu tidak menjadi kenyataan, seperti halnya sabda Rasulullah, “Barangsiapa membangun masjid sekalipun seperti sangkar burung karena Allah, niscaya Allah akan membangukan untuknya sebuah rumah di surga”. Sudah tentu sangkar burung tidak dapat menjadi masjid, tetapi kalimat perumpaan seperti itu biasa dipakai. Mungkin sekali Rasulullah memberitahukan bahwa akan terjadinya kerusakan sehingga sesuatu urusan dipegang orang yang bukan ahlinya, yang akibatnya seorang budak bisa menjadi penguasa. Jika hal itu terjadi, maka dengarlah dan taatilah untuk menghindari mudharat yang lebih besar serta bersabar menerima kekuasaan dari orang yang tidak dibenarkan memegang kekuasaan, supaya tidak menimbulkan fitnah yang lebih besar. Sabda Rasulullah, “Sungguh, orang yang masih hidup diantaramu nanti akan melihat banyak perselisihan” ini termasuk salah satu mukjizat beliau yang mengabarkan kepada para shohabatnya akan terjadinya perselisihan dan meluasnya kemungkaran sepeninggal beliau. Beliau telah mengetahui hal itu secara rinci , tetapi beliau tidak menceritakan hal itu secara rinci kepada setiap orang, namun hanya menjelaskan secara global. Dalam beberapa hadits ahad disebtukan beliau menerangkan hal semacam itu kepada Hudzaifah dan Abu Hurairah yang menunjukkan bahwa kedua orang itu memiliki posisi dan tempat yang penting disisi Rosululloh . Sabda Beliau, “Maka wajib atas kamu memegang teguh sunnahku” sunnah ialah jalan lurus yang berjalan pada aturan-aturan tertentu, yaitu jalan yang jelas. Sabda Beliau, “dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk” maksudnya mereka yang senantiasa diberi petunjuk. Mereka itu ada 4 orang, sebagaimana ijma’ para ulama, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra. Rasululloh menyuruh kita teguh mengikuti sunnah Khulafaur Rasyidin karena dua perkara Pertama, bagi yang tidak mampu berpikir cukup dengan mengikuti mereka. Kedua, menjadikan pendapat mereka menjadi pilihan utama bila terjadi perselisihan pendapat diantara para shahabat. Sabdanya “ Jauhilah olehmu perkara-perkara yang baru “. Ketahuilah bahwa perkara yang baru itu ada dua macam. Pertama, perkara baru yang tidak punya dasar syari’at, hal semacam ini bathil lagi tercela. Kedua, perkara baru yang dilakukan dengan membandingkan dua pendapat yang setara, perkara baru semacam ini tidak tercela. Kata-kata “perkara baru atau bid’ah” arti asalnya bukanlah perbuatan yang tercela. Akan tetapi, bila pengertiannya ialah menyalahi Sunnah dan menuju kepada kesesatan, maka dengan pengertian semacam itu menjadi tercela, sekalipun secara harfiah makna kata tersebut sama sekali tidak tercela, karena Allah pun di dalam firman-Nya menyatakan “Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Qur’an pun yang baru dari Tuhan mereka” QS. Al Anbiyaa’ 2 Juga perkatan Umar radhiallahu anhu “Bid’ah yang sebaik-baiknya adalah ini”, yaitu shalat tarawih berjama’ah. Wallaahu a’lam.
Syarh Al-Arba'in An-Nawawiyyah, hlm. 328) Kedelapan: Ibadah barulah teranggap jika dibangun di atas dua kalimat syahadat dan keduanya saling berkaitan. Amal barulah diterima jika ikhlas karena Allah dan bersesuaian dengan syariat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lihat Fath Al-Qawi Al-Matin, hlm. 107.
Mulianya perkara shalat dan pentingnya menjaga shalat diterangkan dalam hadits arbain 29. الحَدِيْثُ التَّاسِعُ وَالعِشْرُوْنَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ قَالَ لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظِيمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَحُجُّ الْبَيْتَ ثُمَّ قَالَ أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ ». ثُمَّ تَلاَ { تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ المَضَاجِعِ } { حَتَّى إِذَا بَلَغَ } { يَعْمَلُوْنَ } ثُمَّ قَالَ أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ». قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ ». ثُمَّ قَالَ أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ». قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا ». فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ قاَلَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ Hadits Kedua Puluh Sembilan Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku berkata, Wahai Rasulullah! Beritahukanlah kepadaku amal perbuatan yang dapat memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.’ Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sungguh, engkau bertanya tentang perkara yang besar, tetapi sesungguhnya hal itu adalah mudah bagi orang yang Allah mudahkan atasnya Engkau beribadah kepada Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji ke Baitullah.’ Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah itu memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalatnya seseorang di pertengahan malam.’ Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam membaca firman Allah, Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya’, sampai pada firman Allah yang mereka kerjakan.’ QS. As-Sajdah 16-17. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Maukah engkau aku jelaskan tentang pokok segala perkara, tiang-tiangnya, dan puncaknya?’ Aku katakan, Mau, wahai Rasulullah!’ Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Pokok segala perkara adalah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.’ Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Maukah kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?’ Aku menjawab, Mau, wahai Rasulullah!’ Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab lalu memegang lidah beliau dan bersabda, Jagalah ini lisan!’ Kutanyakan, Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa dengan sebab perkataan kita?’ Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Semoga ibumu kehilanganmu! kalimat ini maksudnya adalah untuk memperhatikan ucapan selanjutnya. Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.’” HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih. [HR. Tirmidzi, no. 2616 dan Ibnu Majah, no. 3973. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan hadits ini hasan]. Faedah Hadits Pertama Cita-cita para sahabat begitu tinggi, mereka ingin masuk surga. Itulah yang selalu jadi harapan mereka, bukan hanya ingin dapatkan sepuluh, dua puluh, tiga puluh, dari keuntungan dunia. Masuk surga dan selamat dari neraka adalah kesuksesan dan kebahagiaan sejati sebagaimana disebutkan dalam ayat, كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” QS. Ali Imran 185 Kedua Agama ini mudah namun bagi siapa yang Allah mudahkan untuknya. Dalam ayat disebutkan bahwa ajaran Islam itu mudah, يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” QS. Al-Baqarah 185 Ketiga Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Jangan beribadah kepada Allah, sedangkan Anda merasa berjasa pada agama Allah. Allah telah menyinggung hal ini dalam perkataannya, يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا ۖ قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ “Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.’” QS. Al-Hujurat 17 Dalam ayat ini mereka tidak merasa berjasa kepada Allah, akan tetapi mereka merasa berjasa kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. [Maka terlebih lagi apabila merasa berjasa kepada agama Allah]. Sembahlah Allah Ta’ala dengan perasaan tunduk, cinta, dan pengagungan. Dengan perasaan cinta akan mudah melaksanakan berbagai macam ketaatan, dan dengan pengagungan akan selalu meninggalkan larangan Allah.” Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 319 Keempat Amalan saleh jadi sebab masuk surga. Masuk surga ini dengan menjalankan rukun Islam yang lima. Dalam hadits disebutkan, أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” HR. Bukhari no. 5673 dan Muslim no. 2816 Sedangkan firman Allah Ta’ala, سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ “Berlomba-lombalah kamu kepada mendapatkan ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” QS. Al-Hadiid 21. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa surga itu disediakan bagi orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Berarti ada amalan. Begitu pula dalam ayat, ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ “Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” QS. An-Nahl 32 وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ “Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” QS. Az-Zukhruf 72 Imam Nawawi rahimahullah memberikan keterangan yang sangat bagus, “Ayat-ayat Al-Qur’an yang ada menunjukkan bahwa amalan bisa memasukkan orang dalam surga. Maka tidak bertentangan dengan hadits-hadits yang ada. Bahkan makna ayat adalah masuk surga itu disebabkan karena amalan. Namun di situ ada taufik dari Allah untuk beramal. Ada hidayah untuk ikhlas pula dalam beramal. Maka diterimanya amal memang karena rahmat dan karunia Allah. Karenanya, amalan semata tidak memasukkan seseorang ke dalam surga. Itulah yang dimaksudkan dalam hadits. Kesimpulannya, bisa saja kita katakan bahwa sebab masuk surga adalah karena ada amalan. Amalan itu ada karena rahmat Allah. Wallahu a’lam.” Syarh Shahih Muslim, 14 145 Kelima Syaikh Abdul Muhsin hafizhahullah berkata, “Jalan menuju surga itu berat. Semuanya bisa mudah jika Allah mudahkan.” Fath Al-Qawi Al-Matin, hlm. 107. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Sudah sepatutnya setiap orang meminta kepada Allah kemudahan untuk urusan agama dan dunianya. Karena siapa saja yang tidak Allah mudahkan, maka sulit untuk menjalani segala sesuatu.” Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 325 Keenam Pintu kebaikan itu begitu banyak. Hadits ini menunjukkan keutamaan puasa dapat melindungi dari neraka, sedekah dapat menghapus dosa. Hadits ini juga menerangkan tentang keutamaan qiyamul lail shalat malam, shalat secara umum, dan doa. Ketujuh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Dosa itu sifatnya panas. Karena orang yang berdosa disiksa di neraka. Sedangkan sedekah di dalamnya ada sifat dingin. Oleh karenanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam sifatkan sedekah dengan air yang dapat memadamkan api.” Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 328 Kedelapan Ibadah barulah teranggap jika dibangun di atas dua kalimat syahadat dan keduanya saling berkaitan. Amal barulah diterima jika ikhlas karena Allah dan bersesuaian dengan syariat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lihat Fath Al-Qawi Al-Matin, hlm. 107. Kesembilan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjadikan dalil tentang keutamaan shalat malam yaitu ayat, تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” QS. As-Sajdah 16-17 Kesepuluh Perhatian kepada pokok Islam karena itu jadi modal penting untuk selamat di dunia dan akhirat. Kesebelas Hadits ini menunjukkan keutamaan shalat, bahwa shalat itu tiangnya Islam, dan bangunan itu menjadi roboh jika tidak ada tiang. Kedua belas Hadits ini menunjukkan keutamaan jihad di jalan Allah dan jihad adalah syiar Islam yang paling tinggi. Ketiga belas Kewajiban itu berurutan pentingnya dilihat dari urutan sebagaimana disebutkan dalam hadits ini. Keempat belas Setelah melakukan yang wajib diperintahkan pula untuk melakukan yang sunnah. Kelima belas Bahayanya lisan dan lisan bisa mengantarkan kepada jurang kebinasaan. Ibnu Majah membawakan judul bab untuk hadits ini “Menjaga lisan di saat fitnah.” Keenam belas Baiknya pengajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan ucapan dan perbuatan. Juga bagaimanakah beliau menerangkan sesuatu dari yang sangat penting lalu hal penting lainnya. Ketujuh belas Semangat para sahabat dalam menghilangkan berbagai kerancuan. Kedelapan belas Kalimat “tsaqilatka ummuka”, maksudnya adalah semoga ibumu kehilanganmu, wahai Mu’adz. Ucapan ini maksudnya adalah supaya orang memperhatikan ucapan selanjutnya. Kalimat ini menunjukkan bahwa makna tersurat bukanlah yang dimaksud. Kesembilan belas Kaedah, untuk mendapatkan keberuntungan dan keselamatan adalah kembali pada agama dan berpegang pada agama itu mudah bagi yang Allah mudahkan. Kedua puluh Surga dan neraka saat ini sudah ada, keduanya akan terus ada, dan tidak akan fana. Kedua puluh satu Ada penduduk neraka yang tersungkur di atas wajahnya. Ini menunjukkan sempurnanya penghinaan pada penduduk neraka. Kedua puluh dua Kita beribadah kepada Allah untuk masuk surga-Nya dan selamat dari neraka. Hal ini tidak seperti perkataan sebagian orang sufi bahwa Allah tidaklah boleh disembah karena ingin mengharap surga atau takut pada neraka. Referensi Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm. Fath Al-Qawi Al-Matin fi Syarh Al-Arba’in wa Tatimmat Al-Khamsin li An-Nawawi wa Ibnu Rajab rahimahumallah. Cetakan kedua, Tahun 1436 H. Syaikh Abdul Muhsin bin Hamad Al-Abbad Al-Badr. Khulashah Al-Fawaid wa Al-Qawa’id min Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Syaikh Abdullah Al-Farih. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Baca Juga Doa Meminta Perlindungan dari Jeleknya Pendengaran, Penglihatan, Lisan, Hati, Kemaluan Ternyata Burung dan Benda Mati Shalat dan Bertasbih Diselesaikan di Darus Sholihin, Sabtu Shubuh, 30 November 2019 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Misalnya merubah jumlah rakaat shalat lima waktu, memindahkan puasa Ramadhan ke bulan yang lain, atau melaksanakan ibadah haji di luar kota Mekkah. Untuk menyimak hadits arbain yang lain, silakan klik link berikut ini: One thought on "Arbain Nawawiyah 28: Setia Mengikuti Sunnah Rasulullah Saw." 1 Juni 2021 at 13:29 . Kitab Arbain
Hadits Ke dua Puluh Delapan dari Kitab Hadits Arba’in Nawawi tentang wasiat rosulullah kepada umat islam, Rosulullah berwasiat supaya umat islam tetap bertaqwa kepada Allah SWT, tunduk dan menjalankan segala aturan islam sesuai yang diajarkan oleh Rosulullah, Rosul berwasiat supaya kita meniru, meneladani ajaran rosulullah dan para khulafaur Rosyidin, Khulafaur Rosyidin adalah 4 kholifah atau pemimpin setelah Rosulullah, yaitu Umar bin Khottob, Aliy bin Abi Tholib, Utsman bin Affan, dan Abu Bakar Ash Shiddiq. Mungkin kita tidak mengetahui secara detail kehidupan mereka, namun kita bisa membaca perjalanan hidup mereka, sikap dan pola fikir mereka dari berbagai sirah kenabian .Rosul berwasiat supaya kita tidak melakukan bid’ah, yaitu mengadakan-adakan kegiatan agama yang tidka dicontohkan rosulullah, seperti adzan bukan dengan bahasa arab, sholat bukan dengan bahsa arab dan sebagainya. Sebagaimana kita tahu bahwa pernah terjadi kejadian adzan dengan bahsa turki, dan sholat dengan bahasa Indonesia. Hal tersebut adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat. Berikut redaksi hadits ke dua puluh delapan dari kitab hadits arba’in nawawi disertai dengan tulisan latin dan artinya عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرِفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ ,وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ ,وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌan abiy najihil irbadhibni sariyata rodhiyallahu ta’alaa anhu qola wa adhona rosulullahi shollallahu alaihi wa sallama mau’idhotu muwadda’un fa aushina qola aushikum bitaqwallahi azza wa jalla, was sam’I wath tho’ati wa in ta ammaro alaikum abdun fa innahu man ya’isy minkum fasayarokh tilafan katsiron fa’alaikum bisunnatiy wa sunnatil khulafaa ir rosyidinal mahdiyyina adhdhu alaiha bin nawajidzi, wa iyyakum wa mukhdatsatil amuri fa inna kulla bid’atin dholalatun rowahu abu dawud wat turmudziy wa qola haditsun hasan shohih. Artinya Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahu anhu dia berkata Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami berlinang. Maka kami berkata Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup setelah ini akan menyaksikan banyaknya perbedaan pendapat. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah genggamlah dengan kuat dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata hasan shahihMengutip tulisan Dr, Muh Mu’idunillah Bashri, Berikut 5 isi atau kandungan hadits bukhori dan muslim di atas Bekas yang mendalam dari nasehat Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam dalam jiwa para shahabat. Hal tersebut merupakan tauladan bagi para da’i di jalan Allah ta’ala. Taqwa merupakan yang paling penting untuk disampaikan seorang muslim kepada muslim lainnya, kemudian mendengar dan ta’at kepada pemerintah selama tidak terdapat di dalamnya maksiat. Keharusan untuk berpegang teguh terhadap sunnah Nabi dan sunnah Khulafaurrasyidin, karena di dalamnya terdapat kemenangan dan kesuksesan, khususnya tatkala banyak terjadi perbedaan dan perpecahan. Hadits ini menunjukkan tentang sunnahnya memberikan wasiat saat berpisah karena di dalamnya terdapat kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Larangan untuk melakukan hal yang baru dalam agama bid’ah yang tidak memiliki landasan dalam agama. HaditsArbain Ke 38 - Wali Allah Adalah Orang-Orang Yang Beriman dan Bertakwa merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba'in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta'ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 24 Jumadil Awal 1443 H / 28 Desember 2021 M. – Pada hadits arbain 28 menunjukkan keutamaan Nabi SAW, ia diberi pengetahuan oleh Allah tentang keadaan di masa mendatang kelak. Ada nubuwah yang berupa peristiwa yang akan terjadi, adalah pula kondisi dan keadaan umat dan agamanya setelah beliau wafat. Berikut bunyi haditsnya Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia berkata Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam bersabda “Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena diantara kalian yang hidup setelah ini akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah genggamlah dengan kuat dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat.“ Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata hasan shahih Baca Juga Hadits Arbain 27 Menjauhi Perbuatan yang Meresahkan Pelajaran 1. Bekas yang dalam dari nasehat Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam dalam jiwa para shahabat. Hal tersebut merupakan tauladan bagi para da’i di jalan Allah ta’ala. 2. Taqwa merupakan yang paling penting untuk disampaikan seorang muslim kepada muslim lainnya, kemudian mendengar dan ta’at kepada pemerintah selama tidak terdapat didalamnya maksiat. 3. Keharusan untuk berpegang teguh terhadap sunnah Nabi dan sunnah Khulafaurrasyidin, karena didalamnya terdapat kemenangan dan kesuksesan, khususnya tatkala banyak terjadi perbedaan dan perpecahan. 4. Hadits ini menunjukkan tentang sunnahnya memberikan wasiat saat berpisah karena didalamnya terdapat kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 5. Larangan untuk melakukan hal yang baru dalam agama bid’ah yang tidak memiliki landasan dalam agama. Mengetahui perkara sunnah dan berhati-hati ketika perkara-perkara yang dikatakan sunnah tetapi belum jelas rujukannya. Menggenggam sunnah dan terus mempelajari apa yang menjadi sunnahnya dengan riwayat dan sanad yang hasan lebih utama bagi setiap muslim. []

Syaikh(Imam an-Nawawi) berkata, "Hadits hasan, kami meriwayatkannya dari Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Musnad ad-Darimi dengan sanad hasan." [Dha'if jiddan: Musnad Ahmad (IV/228), Sunan ad-Darimi (II/245-246), dan Musnad Abu Ya'la (no. )] *** 25 Arba'in Nawawi: Matan dan Terjemah ke-28

Oleh haditsarbain Juni 9, 2007 HADITS KEDUAPULUH DELAPAN عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ رَضي الله عنه قَالَ وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ [رَوَاه داود والترمذي وقال حديث حسن صحيح] Terjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia berkata Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam bersabda “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup setelah ini akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah genggamlah dengan kuat dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata hasan shahih Pelajaran 1. Bekas yang dalam dari nasehat Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam dalam jiwa para shahabat. Hal tersebut merupakan tauladan bagi para da’i di jalan Allah ta’ala. 2. Taqwa merupakan yang paling penting untuk disampaikan seorang muslim kepada muslim lainnya, kemudian mendengar dan ta’at kepada pemerintah selama tidak terdapat didalamnya maksiat. 3. Keharusan untuk berpegang teguh terhadap sunnah Nabi dan sunnah Khulafaurrasyidin, karena didalamnya terdapat kemenangan dan kesuksesan, khususnya tatkala banyak terjadi perbedaan dan perpecahan. 4. Hadits ini menunjukkan tentang sunnahnya memberikan wasiat saat berpisah karena di dalamnya terdapat kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 5. Larangan untuk melakukan hal yang baru dalam agama bid’ah yang tidak memiliki landasan dalam agama. Media Muslim INFO Project Indonesia 1428 H / 2007 M Ditulis dalam 40 Hadis, 40 Hadist, 40 Hadits, Arba'in An Nawawi, Arbin An Nawawi, Hadis Arbain, Hadis Imam Nawawi, Hadits Arba'in, Hadits Arba'in An Nawawi, Hadits Imam Nawawi, Hadits Populer, Hadits Shohih, Imam Nawawi
HaditsArbain Ke 28 Tentang Berpegang Teguh Kepada Sunnah Rasulullah عن أبي نجيح العرباض بن سارية رضي الله عنه قال : وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم موعظة وجلت منها القلوب وذرفت منها العيون , فقلنا يا رسول الله كأنها موعظة مودعٍ فأوصنا , قال - أوصيكم بتقوى الله عزوجل , والسمع والطاعة وإن تأمر عليك عبد , فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافاً كثيراً .
Hadits arbain ke 28 menjelaskan tentang nasihat rasulullah shalalahu alaihi wasalam kepada para sahabat untuk selalu menjalankan sunah dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wata'ala, nasihat yang terkandung dalam hadit ini membuat hati para sahabat bergetar sampai-sampai para sahabat mengira bahwa ini adalah nasihat perpisahan, para sahabatpun meminta untuk di wasiati oleh rasulullah pada kala itu. Begitu antusiasnya para sahabat untuk meminta nasihat dan ilmu kepada rasulullah shalalahu alaihi wasalam, ini membuktikan bahwa para sahabat sangat bersungguh-sungguh dalam hal ketaqwaan, tidak boleh ada yang terlewatkan sampai-sampai semua sabda rasulullah di buku kan agar para penerus agama islam tidak kehilangan pengetahuan yang sangat penting, dan alhamdulillah sampai saatnya sekarang kita dapat mempelajarinya. Kitab Arbain An Nawawi Kepada teman-teman baca juga artikel hadits arbain ke 27 ya, yang membahas tentang perbedaan kebaikan dan dosa, semoga bermanfaat buat teman-teman, dan mudah-mudahan artikel yang ada di blog ini juga dapat bermanfaat untuk para pembaca yang kebetulan mampir ke blog ini, nah berikut ini adalah penjelasan tentang hadits arbain yang ke 27. HADITS ARBAIN KE 28 Hadits Arbain Ke 28 ARTINYA Dari abu najih al iryadi bin syariah radhiallahu anhu dia berkata Rasulullah shalalahu alaihi wasalam memberi kami nasihat yang membuat hatikami bergetar, dan membuat air mata kami berlinang, maka kami berkata wahai rasulullah seakan-akan ini nasihat perpisahan maka wasiatilah kami. Beliau Rasulullah berkata Aku wasiatkan kalian untuk bertaqwa kepada Allah Azzawajalla, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak maka sesungguhnya di antara kalian yang hidup setelah ini akan menyaksikan banyaknya perbedaan pendapat, maka hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran para khalifah-khalifah yang empat yang pada pintar, yang mendapatkan petunjuk, gigitlah Genggamlah dengan kuat dengan graham dan hendaklah kalian menghindari perkara yang di ada-adakan maka sesungguhnya semua perkara bid'ah itu adalah sesat, yang meriwayatkan hadits di atas yaitu abu daud dan tirmidzi di berkata hadits hasan shahih. PENJELASAN Dlam hadits di atas disebutkan bahwa para sahabat telah mendengan sabda dari rasulullah sampai sampai hati mereka bergetar dan membuat mereka menangis, nasihat yang diberikan rasulullah pada kala itu sangat dalam dan penuh makna, rasulullah bersabda untuk menyuruh mereka bertaqwa kepada Allah Azzawajalla, taqwa sendiri mengandung arti, taqwa adalah amal perbuatan yang melakukan ketaatan kepada Allah subhana huwata'ala atas perintah yang telah ditetapkan sebagai mana yang terkandung dalam Al Quran dan hadits. Seseorang belum bisa disebut bertaqwa jika dalam hidupnya masih melakukan perbuatan maksiat dan mempunyai sifat syirik, apalagi sampai tidak melaksanakan perintah-perintah yang telah ditetapkan dalam Al Quran dan hadits. Baca Juga Doa Setelah Sholat Patuhlan kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak, dalam sabda rasulullah ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin yang jujur dan adil tidaklah mesti dari golongan orang kaya atau keturunan dari seorang bangsawan, karena pada dasarnya semua manusia dilahirkan dalam keadaan yang sama. Banyaknya perbedaan pendapat dimasa sekarang ini sudah Rasulullah terangkan dalam sabdanya dulu, jika dipirkan berapa tahun dari jaman nya rasulullah ke jaman kita sekarang, tapi rasulullah sudah mengetahui apa yang akan terjadi, perbedaan pendapat sudah menjadi hal yang umum dijaman sekarang ini, perbedaan pendapat dalam hal agama bukan berarti tidak menghargai pendapat orang lain, rasulullah sudah menerangkan jika kita berada pada kehidupan yang begitu banyak sekali perbedaan pendapat maka kita harus berpegang teguh kepada ajaran rasulullah shalalahu alaihi wasalam dan ajaran para khalifah yang empat. Nah teman teman mungki dalam hadits arbain ke 28 ini hanya inisaja yang dapat saya jelaskan, silahkan share kepada teman-teman dan keluarga jika menurut kalian artikel tentang hadits arbain ini bermanfaat, jangan lupa subscribe juga blog ini ya untuk mendapatkan notifikasi tentang update terbaru dari kami.
SyarahHadits Arbain (28) Nasihat Perpisahan ﷺ oleh Sahabat Muslim· Juni 4, 2020 Bismillah wasshalaatu wassalaamu 'ala Rasulillah wa 'ala aalihi wa shahbihi wa man tabi'ahu bi ihsaan ilaa yaumid diin, amma ba'du,
Sampailahkita pada Hadits Arbain yang ke-26, yang sedang kita kaji saat ini. عَنْ أَبي هُرَيرةَ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - : (( كُلُّ سُلامَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقةٌ ، كُلَّ يَوْمٍ L2NNsj.
  • s3l3uczswo.pages.dev/293
  • s3l3uczswo.pages.dev/518
  • s3l3uczswo.pages.dev/222
  • s3l3uczswo.pages.dev/907
  • s3l3uczswo.pages.dev/276
  • s3l3uczswo.pages.dev/565
  • s3l3uczswo.pages.dev/791
  • s3l3uczswo.pages.dev/205
  • hadits arbain ke 28